TEMPO Interaktif, Jakarta - Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) menggelar renungan 70 tahun KH Abudrrahman Wahid atau Gus Dur, dengan topik "Merawat Pluralisme" hari ini, Rabu (4/8), bertempat di Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI).
Gus Dur dipandang sebagai pahlawan kemanusiaan karena sepak terjangnya membela eksistensi pluralisme dan multikulturalisme dengan gayanya yang khas. Karena itu, GPP merasa perlu membuat renungan khusus bertepatan dengan ulang tahun Gus Dur yang ke 70 yang jatuh hari ini.
Hadir sebagai pembicara antara lain ulama Gus Nuril; cendekiawan muda muslim, Zuhairi Misrawi; dan penulis dan sutrdara film Gus Dur, Damien Dematra. Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah organisasi masyarakat.
GPP menyesalkan maraknya kekerasan terhadap umat beragama yang marak terjadi. Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Setara Institute, serangan dan gangguan terhadap umat beragama sepanjang tahun ini sudah tercatat 28 kasus. Pelaku pelanggaran terbanyak adalah pemerintah daerah (12 kali), massa anonim (sepuluh kali), warga (lima kali), dan Front Pembela Islam maupun ormas-ormas Islam lainnya (empat kali).
"Kami juga menyesalkan kurangnya reaksi pemerintah pusat," kata Damien Denatra yang juga pelopor GPP. Padahal menurutnya, pelanggaran telah terjadi secara sistematis dan berulang-ulang dalam lima tahun terakhir.
Sementara itu, Gus Nuril mengatakan, "Kalau Nadhlatul Ulama (NU) tidak merawat pluralisme, pluralisme akan mati." Ia menambahkan, "Kembalikan saja pada rakyat, maunya apa?" ketika ditanya mengenai langkah yang seharusnya diambil pemerintah.
GPP sendiri merupakan gerakan yang dicanangkan setelah wafatnya Gus Dur untuk meneruskan perjuangannya mendukung eksistensi berbagai ras, suku, budaya, dan agama.
Sumber Berita: Tempointeraktif.com (Rabu, 4 Agustus 2010)
Gus Dur dipandang sebagai pahlawan kemanusiaan karena sepak terjangnya membela eksistensi pluralisme dan multikulturalisme dengan gayanya yang khas. Karena itu, GPP merasa perlu membuat renungan khusus bertepatan dengan ulang tahun Gus Dur yang ke 70 yang jatuh hari ini.
Hadir sebagai pembicara antara lain ulama Gus Nuril; cendekiawan muda muslim, Zuhairi Misrawi; dan penulis dan sutrdara film Gus Dur, Damien Dematra. Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah organisasi masyarakat.
GPP menyesalkan maraknya kekerasan terhadap umat beragama yang marak terjadi. Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Setara Institute, serangan dan gangguan terhadap umat beragama sepanjang tahun ini sudah tercatat 28 kasus. Pelaku pelanggaran terbanyak adalah pemerintah daerah (12 kali), massa anonim (sepuluh kali), warga (lima kali), dan Front Pembela Islam maupun ormas-ormas Islam lainnya (empat kali).
"Kami juga menyesalkan kurangnya reaksi pemerintah pusat," kata Damien Denatra yang juga pelopor GPP. Padahal menurutnya, pelanggaran telah terjadi secara sistematis dan berulang-ulang dalam lima tahun terakhir.
Sementara itu, Gus Nuril mengatakan, "Kalau Nadhlatul Ulama (NU) tidak merawat pluralisme, pluralisme akan mati." Ia menambahkan, "Kembalikan saja pada rakyat, maunya apa?" ketika ditanya mengenai langkah yang seharusnya diambil pemerintah.
GPP sendiri merupakan gerakan yang dicanangkan setelah wafatnya Gus Dur untuk meneruskan perjuangannya mendukung eksistensi berbagai ras, suku, budaya, dan agama.
Sumber Berita: Tempointeraktif.com (Rabu, 4 Agustus 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar